Sebuah pemandangan yang unik di permukiman Suku Cia-cia tepatnya di Kelurahan Karya Baru dan Kelurahan Bugi di Kota
Bau-Bau, Sulawesi Tenggara. Banyak papan nama, petunjuk jalan, bahkan rambu
lalu lintas ditulis menggunakan huruf Korea. Tak heran jika kawasan mayoritas
muslim di pulau Buton itu dijuluki “Kampung Korea”.
Mengapa huruf Korea populer di sana?
Zaman dahulu Suku Cia-cia tak
memiliki huruf. Berbeda dari suku Jawa yang memiliki huruf Jawa, suku ini tak
memiliki huruf asli.
Menurut profesor dari Seol National University Lee Ho-Young,
Suku Cia-cia sebenarnya bisa berbicara dalam Bahasa Indonesia. Namun suku
tersebut buta huruf sehingga tidak bisa menulis. (DetikNews.com, 07 Agustus 2009)
Masalahnya bahasa yang digunakan suku ini agak susah jika
ditulis menggunakan huruf latin (abjad). Justru lebih pas kalau dieja
menggunakan huruf Hangeul Korea. Karena itulah mereka kemudian menggunakan
huruf Korea tersebut.
Sejak tahun 2005, pemerintah setempat menjalin kerja sama
dengan Korea Selatan. Dua tahun kemudian, Pemerintah Kota Bau-Bau bekerja sama
dengan lembaga riset bahasa Korea menyusun buku bahasa Cia-cia dengan huruf
Korea. Tahun 2009 penggunaan huruf Hangeul Korea untuk Bahasa Cia Cia secara resmi dilaunching. Huruf Korea kemudian diajarkan di semua jenjang sekolah, mulai dari SD
hingga SMA dalam pelajaran muatan lokal (mulok).
Wah, apa tidak bertentangan dengan Sumpah Pemuda yang
dideklarasikan pada 28 Oktober 1928 ya? Kamu masih ingat kan isi Sumpah Pemuda?
Salah satunya, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Lalu mengapa Pemerintah Bau-Bau justru mengajari warganya
bahasa Korea? Ternyata, yang dipelajari dan digunakan cuma hurufnya. Bahasa
yang digunakan tetap bahasa Indonesia. Jadi walau ditulis menggunakan huruf
Korea, bacaannya tetap bahasa Indonesia dalam hal Bahasa Cia Cia
Sejak digunakannya huruf Hangeul untuk Bahasa Cia Cia, berbagai media massa ramai menuliskan berita terkait hal itu. Beberapa berita dan artikel terkait dapat dibaca dibawah ini :